Kamis, 27 Desember 2007

Menengok Potensi Ikan Tuna di Tolitoli

Laporan : Adha Nadjemuddin

Tolitoli dari dulu dikenal dengan potensi perikanan lautnya. Tapi dari dulu hingga sekarang, Tolitoli belum juga melakukan ekspor ikan. Padahal hampir semua orang pandai di daerah ini mengatakan, Tolitoli memiliki potensi ikan terbesar. Bahkan DPRD sudah melakukan study banding ke Bitung, Sulut, untuk melihat pengelolaan ikan di sana. Tapi sampai sekarang belum ada juga kedengarannya Tolitoli akan menjadi daerah pengekspor ikan. Kenapa?

PAMERAN pembangunan dalam rangka Hutda Tolitoli ke-47, awal Desember lalu, Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanlut) Tolitoli memajang abon ikan tuna alias ekor kuning. Abon produksi Wanita Mandiri, Jln Yos Soedarso itu dipajang di salah satu sudut stand Diskanlut. Selain bahan promosi, abon-abon itu juga dijual dengan harga bervariasi.
Di dinding belakang abon itu, melekat alat tangkap yang terbuat dari tali plastik kir-kira sebesar jari klinking orang dewasa. Pancingnya cukup besar, mungkin pancing ukuran nomor 1. Tali dan pancingnya memang besar, karena tenaga ikan tuna luar biasa apalagi jika sudah berukuran besar.
Menurut petugas stand Diskanlut yang berjaga malam itu, alat pancing itu disebut dengan long line, alat pancing modern yang digunakan untuk menangkap ikan sejenis ikan tuna. Disebut long line karena tali yang digunakan cukup panjang, bisaberatus-ratus meter.
Nelayan di Tolitoli belum menggunakan alat pancing ini untuk menangkap ikan tuna. Mereka masih mengail dengan cara konvensional, yaitu menggunakan layang-layang. Cara ini oleh nelayan menganggap jitu khususnya untuk ikan jenis pelagis. Cara ini sudah dilakukan turun-temurun oleh nelayan di daerah ini.
Menurut petugas stand Diskanlut, ikan tuna di Tolitoli tersebar luas terutama di wilayah Dampal Utara dan Tolitoli Utara. Jarak dari daratan pun tidak begitu jauh. Kira-kira perjalanan satu-dua jam dengan menggunakan katinting, sudah bisa menemukan pusat ikan tuna.
Ikan tuna di Tolitoli sudah menembus pasar ekspor. Tapi sayangnya, bukan Tolitoli yang bertindak sebagai ekportirnya, sebab ikan-ikan itu dibeli oleh pedagang di Palu, lalu dikirim ke Makassar. Makassarlah yang kemudian mengekspor ikan tuna hasil tangkapan nelayan di Tolitoli ini.
"Nelayan kita hanya sebagai pengumpul lalu dibeli orang luar, merekalah yang mengekspor," jelas petugas stand itu.
Kenapa Tolitoli belum bisa mengekspor? Banyak kendalanya, antara lain kesulitan pengawetan dan transportasi. Pengawetan terkait dengan kapasitas listrik. Sementara listrik di Tolitoli hanya bisa untuk kebutuhan rumah tangga. Itupun harus padam bergilir.
Karena pengawetan yang tidak terjamin, sehingga kwalitas ikan pun menurun dari kwalitas sesungguhnya. Jika diukur dari Tolitoli, seekor ikan tuna itu masih berkwalitas A, sesampainya di Palu kwalitasnya menurun menjadi B atau C. "Malah kadang-kadang kwalitasnya menurun hingga kwalitas D," kata penjaga stand.
Banyak faktor penyebab turunnya kwalitas ikan itu. Selain sistem pengawetannya yang tidak sempurna, juga akibat jarak transportasi yang cukup jauh. Apalagi jika melalui darat, kenyamanan dan keamanan ikan tidak bisa dijamin. Salah satu solusinya, sistem pengawetan ikan di Tolitoli harus dipikirkan bersama.
Jika dibanding ikan cakalang, ikan tuna memang incaran ekspor sebab kwalitas proteinnya yang lebih tinggi. Tapi di Tolitoli, hampir tidak ada perbedaan harga antara ikan tuna dengan ikan cakalang. Apalagi di Tolitoli, nelayan biasanya menangkap ikan tuna dalam ukuran besar antara 60 s/d 80 kilogram. Agar ikan ini bisa dibeli sesuai kemampuan konsumen, satu-satunya cara harus diloin (diiris-iris menjadi kecil).
"Sisa-sisa daging yang melengket di tulang itulah yang kemudian diolah oleh nelayan kita menjadi abon ikan tuna," cerita petugas stand itu.
Abon ikan tuna yang cukup dikenal di Tolitoli ini salah satunya produksi Wanita Mandiri di Jln Yos Soedarso No. 86 A. Abon itulah yang menjadi andalan industri lokal Tolitoli. Sehingga setiap ada pameran atau kegiatan ekspo di luar daerah, abon itulah salah satunya yang dipromosikan.
Abon ikan tuna telah menjadi salah satu alternatif industri sebagai pengganti kegiatan ekspor ikan tuna di Tolitoli. Padahal bicara potensi, Tolitoli memiliki potensi ikan tuna yang luar biasa dan menjanjikan untuk diekspor.***

Tidak ada komentar: